Santri Selamat (Sekolah Alam dan Kemanusiaan Terbuka) merayakan kirab sebagai bentuk peringatan Hari Santri Nasional 2016. Sebanyak 65 santri putra dan putri Pondok ini terlihat semangat dan antusias saat berkeliling di Perum Depkes dan kampung Kelontong, pada sabtu (22/10) di mana lokasi pesantren ini berada.
Dengan memakai baju ala santri, terlihat sejak pagi hari para santri yang ada sudah nampak bersiap untuk berkegiatan. Selama kirab berlangsung, mereka menyanyikan lagu-lagu Islami dengan diiringi musik rebana. Setelah kirab, bersama para tamu mengikuti pengibaran bendera merah putih dan dilanjutkan orasi budaya oleh pengasuh utama pondok ini, KH. Abdurrosyid Ahmad, M.Hum, kemudian pembacaan puisi oleh ES Wibowo, pendiri Padepokan Gunung Tidar.
Ketika pembacaan puisi berjudul “Sesanti Santri”, dua santri putra menampilkan aksi teatrikal di dalam kolam ikan. Keduanya membawa sepucuk senapan dan berpakaian ala tentara yang menandakan perjuangan santri pada jaman penjajahan dulu.
“Sesanti Santri merupakan nasehat santri yang berisi rame ing gawe, sepi ing pamrih. Mereka mewujudkannya di pondok ini dengan kerja nyata di berbagai bidang, seperti peternakan, perikanan, pertukangan, seni jahit, pertanian, seni memasak, dan lainnya,” ujar ES Wibowo.
Sementara itu, KH. Abdurrosyid Ahmad dalam orasi budayanya menuturkan, santri ikut berperan di masa perjuangan melawan penjajah kala itu. Dalam merebut kemerdekaan, mengandalkan tentara saja tidak cukup mengalahkan penjajah.
“Karena itu, pada masa itu, para kyai menyatakan resolusi jihad yang mengajak seluruh santri berperang melawan penjajah. Kyai sepakat, santri manapun yang berjarak 90 km dari bercokolnya penjajah wajib bagi yang mampu untuk angkat senjata melawan penjajag yang ada,” terangnya.
Melawan penjajah ini, katanya merupakan perang suci, jihad fi sabilillah. Dengan penuh keberanian para santri bersama kyai menghadapi penjajah yang memiliki kekuatan perang modern. Bila dupikir secara logika, kekuatan penjajah tidak bisa ditandingi.
“Tapi, Allah memiliki skenario lain yang ternyata kita bisa merdeka. Resolusi jihad yang diusung para kyai itulah yang sekarang kita peringati sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Baru dua tahun HSN diperingati dan membuktikan kepedulian negara pada santri,” paparnya.
Melalui HSN, KH. Abdurrosyid Ahmad menekankan, santri ada di garda terdepan untuk menghadang siapapun yang ingin merongrong bumi pertiwi NKRI. Santri harus bangga menjadi santri dan dukung terus mereka sebagai pribadi patriot dan cinta tanah air serta memiliki tanggung jawab pada bangsa dan Negara.
“Para santri mewarisi semangat perjuangan para pejuang dulu dengan kerja nyata saat ini. Tapi, kita juga patus waspada terhadap segala bentuk ancaman, seperti kemiskinan, kebodohan, dan korupsi. Santri siap melawan segala ancaman itu.
Sumber asli: http://www.majalahbuser.com/Perayaan-HSN-2016-Ala-Santri-Selamat-Yang-Unik.html