EDISI I: OPINI & BERITA AKTUAL

Kebijaksanaan yang Terpimpin Hikmah para Walisongo dalam Berdakwah

PARA SEJARAWAN DUNIA ANGKAT TANGAN SA’AT DISURUH Menerangkan Bagaimana Bisa Wali Songo Melakukan ‘Mission imposible’ Membalikkan Keadaan Dlm Waktu Kurang Dari 50 Tahun, Padahal Sudah Terbukti 800 tahun Bangsa Nusantara Selalu menolak Agama Islam
Foto Sang Putra Fajar.

Sang Putra FajarSukai Halaman

13 jam ·

Sejarah Islam (tantangan dakwah “Walisongo” luar biasa berat)
Dari Kacamata Candi Prambanan dan Candi Borobudur

Jika memakai ilmu perbandingan, bisa dibilang Candi Prambanan dan Candi Borobudursebanding dengan Masjidil Haram. Hal itulah yang membuat saya makin kagum pada Walisongo.

Maksudnya begini, kalau ada “Masjidil Haram” berarti logikanya ada puluhan ‘Masjid Agung’ kan? Kalau ada tempat ibadah Hindu-Budha selevel ‘Masjidil Haram’, berarti bukan tidak mungkin Indonesia zaman dahulu sudah dipenuhi ribuan ‘Mushola’ umat Hindu-Budha.

Orang tidak mungkin membuat sesuatu berskala besar tanpa bisa membuat sesuatu yg berskala kecil-kecil dulu.

Tentu kita jadi bisa membayangkan kalau umat Hindu dan Budha zaman dahulu adalah golongan Mayoritas. Kalau umat beragama Hindu dan Budha zaman dahulu sangat mendominasi, bagaimana Walisongo bisa membalik kondisi tersebut..?

Kalau Anda Belajar Sejarah, Anda pasti makin heran dgn Walisongo. Silahkan Anda baca dgn teliti isi buku Atlas Walisongo. karya sejarawan Agus Sunyoto.

Menurut catatan, dinasti China Tang, pada waktu itu (abad ke 6 M), Jumlah orang Islam di Nusantara (Indonesia) hanya kisaran ribuan orang. Dengan klasifikasi yg beragama Islam hanya orang Arab, Persia dan China.

“Para Penduduk Pribumi Tidak Ada Yang Mau Memeluk Agama Islam”

BUKTI sejarah kedua, catatan Marcopolo singgah ke Indonesia Th.1200an M. Dalam catatannya, komposisi umat beragama di Nusantara masih sama persis dgn catatan Dinasti Tang; penduduk lokal Nusantara tetap tidak ada yg memluk agama Islam.
Bukti sejarah ketiga, dlm catatan Laksamana 何凱成 Cheng Ho Th.1433 M, tetap tercatat hanya orang asing yg memeluk agama Islam. Jadi kalau kita kalkulasi ketiga catatan tsb, sudah lebih dari 8 abad, agama islam tdk diterima oleh penduduk pribumi. Agama Islam hanya dipeluk oleh orang asing

Selang beberapa tahun setelah kedatangan Laksamana Cheng Ho, rombongan Sunan Ampel, datang dari daerah Champa (Vietnam)

Beberapa dekade sejak hari kedatangan Sunan Ampel, terutamanya stlah dua anaknya tumbuh dewasa (Sunan Bonang dan Sunan Drajat) dan beberapa muridnya tlah tumbuh dewasa (Sunan Giri), maka dibentuklah suatu dewan yg bernama Wali songo. Misi utamanya adalah mengenalkan agama Islam ke penduduk pribumi.

Anehnya, sekali lagi Anehnya pd dua catatan para penjelajah dari Benua Eropa yg ditulis th.1515 M dan 1522 M, disebut bhwa bgsa Nusantara adalah sebuah bgsa yg mayoritas memeluk agama Islam. Para sejarawan dunia hingga kini masih bingung, kenapa dlm tempo tak sampe 50 tahun, Walisongo berhasil mengislam-kan banyak sekali manusia Nusantara.

Harap diingat zaman dahulu belum ada pesawat terbang dan telpon genggam. Jalanan kala itu pun tdk ada yg diaspal, apalagi ada motor atau mobil. Dari segi ruang maupun segi waktu, derajat kesukarannya luar biasa berat. Tantangan ‘dakwah’ Walisongo luar biasa berat.

Para sejarawan dunia angkat tangan sa’at disuruh menerangkan bagaimana Wali songomelakukan “mission imposible”: Membalikkan keadaan dlm waktu kurang dari 50 tahun. Padahal sudah terbukti 800 tahun bgsa Nusantara selalu menolak agama Islam.

Para sejarawan dunia akhirnya bersepakat bahwa cara pendekatan dakwah melalui kebudayaanlah yg membuat Walisongo sukses besar.

Menurut saya pribadi, jawaban para sejarawan dunia memang betul, tapi msih kurang lengkap. Pendekatan dakwah dgn kebudayaan itu cuma “bungkusnya”, yg benar2 bikin beda adalah ‘isi’ dakwah Walisongo

Walisongo menyebarkan agama Islam meniru persis ‘bungkus’ dan ‘isi’ yg dahulu dilakukan oleh Rasulullah SAW. Benar2 menjiplak mutlak metode dakwahnya kanjeng nabi. Pasalnya, kondisinya hampir serupa, Walisongo kala itu ibaratnya “satu-satunya”.

Dahulu Nabi Muhammad SAW adlah satu2nya orang yg berada dijalan yg benar. Istrinya sendiri, sahabat Abu Bakar r.a, sahabat Umar r.a, sahabat Utsman r.a, calon mantunya Ali r.a dan semua orang dimuka bumi waktu itu tersesat semua. Kanjeng nabi benar2 ‘the only one’ yg tidak sesat.

Tetapi berkat ruh dakwah yg penuh kasih sayang, banyak orang akhirnya mau mengikuti agama baru yg dibawa kanjeng nabi. Dengan dilandasi perasaan yg tulus, Nabi Muhammad SAW amat sngat sabar menerangi orang2 yg tersesat.

Meski kepala beliau dilumuri kotoran, meski wajah beliau diludahi, bhkan berkali-kali hendak dibunuh, kanjeng nabi selalu tersenyum memaafkan. Walisongo pun mencontoh akhlak kanjeng nabi sama persis. Walisongo berdakwah dgn kasih sayang.

Pernah pd suatu hari ada penduduk desa bertanya hukumnya menaruh sesajen di suatu sudut rumah. Tanpa terkesan menggurui dan menunjukan kesalahan, sunan tsb. berkata, “Boleh, malah sebaiknya berjumlah 20 piring, tapi dimakan bersama tetangga terdekat ya..”

Pernah ada salah satu murid anggota Walisongo yg ragu pada konsep tauhid bertanya, “Tuhan koq jumlahnya satu? apa nanti tdk kerepotan dan ada yg terlewatkan tdk diurus?” Sunan yg ditanya tsb. hanya tersenyum sejuk mendengarnya. Justru beliau minta ditemani murid tsb. menonton pagelaran wayang kulit.

Singkat cerita, sunan tsb berkata pada muridnya, “Bagus ya cerita wayangnya…” si muridpun menjawab penuh semangat tentang serunya lakon wayang malam itu. “Oya, bagaimana menurutmu kalau dalangnya ada dua atau empat orang” tanya sunan tsb.

Si murid langsung menjawab, “Justru lakon wayangnya bisa bubar, dalang satu ambil wayang ini, dalang lain ambil wayang yg lain, bisa2 tabrakan.”

Sang guru hanya tersenyum dan meng-angguk2 mendengar jawaban polos tsb. Seketika itu pula si murid beristighfar dan mengaku sudah paham konsep Tauhid.. Begitulah ‘isi’ dakwah Walisongo; menjaga perasaan orang lain.

Pernah pada suatu hari ada salah satu anggota lain dari Walisongo mengumpulkan masyarakat. Sunan tsb.dengan sangat bijaksana menghimbau para muridnya utk tdk menyembelih hewan sapi sa’t Idul Adha, walaupun syari’at islam menghalalkan, menjaga perasa’an orang lain lebih diutamakan.

Diatas ilmu fiqih, masih ada ilmu ushul fiqih, dan diatasnya lagi masih ilmu tasawuf. Maksudnya menghargai perasaan orang lain lebih diutamakan, daripada sekedar ‘halal-haram’.

KEBAIKAN LEBIH UTAMA DARI PADA KEBENARAN.
Dengan bercanda, beliau berkomentar bhwa daging kerbau dan sapi sama saja, makan daging kerbau saja juga enak. Tdk perlu cari gara2 dan cari benarnya sendiri, JIKA ADA BARANG HALAL LAIN.tapi lebih kecil mudharatnya.
Kemudian ketika berbicara di depan khalayak umum, beliau menyampaikan bahwa agama Islam juga memuliakan hewan sapi.
Sunan tsb. kemudian memberikan bukti bhwa kitab suci umat islam ada yg namanya Surat Al-baqarah (sapi betina). Dengan nuansa kekeluargaan, sunan tsb. memetikkan beberapa beberapa ilmu hikmah dan surat tsb, utk dijadikan pegangan hdup siapapun yg mndengarnya.

Perlu diketahui, perilaku Walisongo seperti Nabi Muhammad SAW zaman dahulu. Walisongo tidak hanya mnjadi guru org2 yg beragama Islam. Walisongo berakhlak baik pada siapa saja dan apapun agamanya.
Justru karena kelembutan dakwah sunan tsb. mayarakat yg sa’t itu blm msuk agama islam, justru gotong royong membantu para murid beliau melaksanakan ibadah qurban.

MasyaAllah betapa mengagumkan para wali, dalam menerapkan ajaran Rasulullah SAW ..
https://www.facebook.com/groups/sangputrafajarDkm

 

Scroll to Top